Etiologi
Koksidia merupakan filum
Apicomplexa, kelas Sporozoea, subkelas Coccidia, ordo Eucoccidiidae, subordo
Eimeriina, famili Eimeridae dan genus Eimeria. Secara garis besar lokasi
koksidia pada ayam dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu pada usus halus dan pada
sekum. Sedangkan koksidiosis adalah suatu penyakit parasitik yang
disebabkan oleh Eimeria sp yaitu suatu protozoa yang sering menginfeksi unggas
dan berbagai jenis burung yang bermultiplikasi pada saluran pencernaan dan menyebabkan
kerusakan jaringan sehingga menyebabkan gangguan pada pencernaan dan penyerapan
nutrisi, dehidrasi, perdarahan dan meningkatkan kemungkinan terinfeksi agen
penyakit lain.
http://www.ayamaduan.asia/
Spesies Eimeria sp. dapat
diidentifikasi berdasarkan sifat-sifat yang spesifik, yaitu lokasi lesi pada
usus, gambaran lesi makroskopik, ukuran, bentuk dan warna oosista, ukuran
skison dan merozoit, lokasi parasit di dalam jaringan (jenis sel sasaran),
periode prepaten minimum pada infeksi buatan, waktu minimum untuk sporulasi dan
sifat monogenisitas terhadap galur Eimeria sp. yang murni.
Koksidia dari genus Eimeria yang menyerang unggas terdiri atas sembilan jenis,
enam diantaranya sangat pathogen menyerang ayam. Sembilan jenis Eimeria
tersebut adalah Eimeria acervulina, Eimeria brunetti, Eimeria hagani, Eimeria
maxima, Eimeria mivati, Eimeria mitis, Eimeria necatrix, Eimeria praecox,
Eimeria tennella. Sedangkan koksidia yang paling patogen pada ayam yaitu E.
tenella yang berlokasi pada sel epitel sekum. Parasit ini biasa menyerang
ayam muda yang masih peka, dan ayam dewasa lebih peka dan menjadi karier.
Oosista E. tenella mempunyai bentuk ovoid lebar, mempunyai ukuran 22,9 x 19,6
um dengan variasi 14,2 – 31,2 um x 9,5-24,8 um. Sinsing oosista tidak
mempunyai mikrofil (Soulsby, 1982) Stuktur oosista Eimeria sp. yang sudah
bersporulasi berisi 4 sporosista yang masing- masing berisi 2 sporozoit.
Patogenesis
Infeksi terjadi dengan ditemukannya
oosista yang telah bersporulasi. Untuk terjadinya sporulasi ini diperlukan
tempat yang cocok, O2 yang cukup, kelembaban yang sedang dan temperatur yang
hangat, diperlukan waktu 48 jam. Sporulasi lebih cepat 28 °C dan tidak terjadi
sporulasi pada suhu 8 °C. Waktu yang diperlukan untuk bersporulasi minimal 18
jam pada suhu 29 °C, 21 jam pada suhu 26,5 – 28 °C dan 24 jam pada suhu 32 °C.
Sporulasi sempurna dicapai pada waktu 22 – 24 jam pada suhu 29 °C.
Oosista akan pecah dan melepaskan sporosista akibat kontraksi ventriculus,
rangsangan karbondioksida, enzim tripsin dan cairan empedu dalam usus kecil.
Sporozoit yang masuk akan menembus epithel, kemudian menembus membran dasar,
menuju tunika propria. Didalam sel epitel, sporozoit menjadi tropozoit dalam
waktu 24 jam dan memperbanyak diri secara aseksual dengan skizogoni dan
menghasilkan skizon generasi pertama. Adanya perdarahan hebat yang disebabkan
pecahnya pembuluh darah sekum karena desakan skizon generasi kedua, skizon
generasi kedua pecah dan merozoit keluar dan masuk kedalam lumen usus.
Sporozoit akan berkembang menjadi stasium seksual yaitu makrogamet dan
mikrogamet. Fertilisasi akan menghasilkan zygot yang akan berkembang menjadi
oosista dan dikeluarkan bersama feses.
Gejala Klinis
Spesies yang berbeda akan memberikan
gejala klinis yang berbeda pula, gejala klinis yang ditimbulkan bervariasi pada
infeksi bermacam spesies dan juga pada banyak sedikitnya jumlah koksidia yang
menginfeksi dan resistensi hospes. Spesies yang kurang patogen tidak atau
sedikit menunjukkan gejala klinis. Gejala klinis dari penyakit ini adalah lesu,
nafsu makan turun dan tinja bercampur darah. Diagnosis dari penyakit ini adalah
dengan pemeriksaan tinja, kerokan usus atau isi usus. Ayam yang sembuh dari
koksidiosis akan mempunyai sejumlah antibodi yang bersifat sementara terhadap
spesies eimeria tertentu, kecuali jika ayam tersebut kontak lagi dengan Eimeria
sp. yang sama.
Perubahan makroskopik dan mikroskopik yang ditimbulkan berbeda-beda
tergantung speciesnya.
1. Eimeria acervulina
Mukosa usus tipis dan tertutup oleh plak berwarna putih, usus berwarna pucat
dan mengandung cairan. Pada infeksi ringan, lesi terbatas hanya di dudodenum.
Namun pada infeksi berat lesi terlihat sepanjang usus. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat adanya makrogamet dan mikrogamet pada epitel mukosa. Pada
infeksi berat, vili rusak dan mukosa mengalami penebalan.
2. Eimeria brunetti
Pada infeksi ringan, terlihat perdarahan petechie di mukosa. Sedangkan pada
infeksi berat mukosa rusak dan terdapat nekrosis koagulasi di seluruh mukosa
usus. Pemeriksaan histopatogis, terlihat adanya skizon dan infiltrasi sel
radang pada usus bagian depan.
3. Eimeria maxima
Terlihat enteritis ringan sampai berat pada jejunum dan ileum, kadang-kadang
disertai penebalan dinding usus. Secara mikroskopik oosista sangat besar dan
berwarna kuning keemasan, terlihat edema dan infiltrasi sel radang pada mukosa
usus.
4. Eimeria mitis
Ileum terlihat pucat dan lunak. Secara mikroskopik ditemukan skizon dan
gametosit pada superficial mukosa. Oosista bulat dan kecil.
5. Eimeria mivati
Pada awal infeksi, terlihat lesi di duodenum dan dapat melanjut sampai sekum
dan kloaka. Lesi yang ditimbulkan mirip dengan Eimeria acervulina.
6. Eimeria necatrix
Usus bagian tengah akan membengkak, mukosa menebal dan lumen terisi
cairan darah dan hancuran jaringan. Terlihat plak atau perdarahan
petechie pada bagian serosa.
7. Eimeria praecox
Perubahan makroskopik terlihat lumen berisi cairan kadang-kadang mengandung
mukus. Terlihat hemoragi petechie pada bagian mukosa duodenum.
8. Eimeria tenella
Terlihat hemoragi petechie pada bagian serosa, dinding sekum menebal dan
kadang-kadang terdapat massa mengkeju di lumen sekum. Secara mikroskopik,
terjadi infiltrasi heterofil pada submukosa, skizon pada lamina propria. Pada
infeksi berat terjadi kerusakan jaringan, kelenjar sekum, lapisan mukosa maupun
muskularis.
Diagnosa koksidiosis
Diagnosa koksidiosis berdasarkan
pemeriksaan mikroskopik feses atau kerokan lesi spesifik, penilaian lesi
(lession scoring), penilaian feses (droppings scoring) dan histopatologi.
Spesies Eimeria dapat diidentifikasikan dari ukuran oosista, bentuk oosista,
lokasi dalam pencernaan, lesi yang ditimbulkan, periode prepaten dan waktu
sporulasi.
Pencegahan
Ada tiga metode untuk menangani koksidiosis yang pertama adalah oosists dengan
mengiliminasinya dengan cara membersihkan dan mendisinfeksi kandang serta
menjaga sanitasi. Kedua dengan menggunakan obat- obat anti koksidia. Cara ini
cukup berhasil dipakai pada peternakan ayam pedaging. Ketiga dengan menimbulkan
kekebalan (vaksinasi). Kekebalan ayam dapat diperoleh dari infeksi alami maupun
buatan.