Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis (T), epididimis (Ep), dektus deferens (D.d) dan organ kopulasi pada kloaka (CI), secara lengkap ditunjukkan oleh Nesheim et al. (1972) pada gambar berikut:
Organ reproduksi dan urinari pada ayam jantan (Nesheim et al, 1979)
Testis
Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Nesheim et al., 1979). Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma (Nalbandov, 1990)
Epididimis
Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis. berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens.
Duktus deferens/ pas deferens
Jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua tampak berkelok-kelok. Letak ke arah kaudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum. Fungsinya menyalurkan sperma ke kopulasi
Organ kopulasi
Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi (Nesheim et al., 1979). Fungsi kopulasi : alat untuk mengeluarkan sperma.
Fertilisasi
Fertilisasi merupakan suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel gamet yang berbedea, yaitu sel gamet jantan dan betina untuk membentuk satu sel yang disebut zygote. Secara embriologik fertilisasi merupakan pengaktifan sel ovum oleh sperma dan secara genetik merupakan pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan ke ovum (Toelihere,1985).
Fertilisasi pada ayam (Nuryati et al, 1998)
Hanya beberapa lusin sel sperma yang dapat mendekati ovum dan hanya beberapa sperma yang bisa masuk ke dalam zona pelusida yang akhirnya hanya satu buah sperma yang bisa membuahi ovum (Nalbandov, 1990) Begitu pula pada unggas, setelah terjadi perkawinan sperma akan mencapai infundibulum dan akan menembus membran vitelina ovum untuk bertemu sel benih betina, sehingga terbentuk calon embrio. Telur yang di buahi di sebut telue fertil dan telur yang tidak dibuahi disebut telur konsumsi (Nuryati et al, 1998)
Perkawinan alami pada ayam (Nurhayati et al, 1998)
Irama Bertelur
Irama bertelur merupakan suatu proses yang melibatkan sistem hormon dan sistem syaraf karena adanta variasi panjang siang dan malam yang mempengaruhi sistem syaraf sehinggga mengakibatkan pelepasan hormon untuk merangsang terjadinya ovulasi. Ovulasi merupakan suatu proses yang peting untuk suatu awal produksi telur (Nesheim et al., 1979)
Pengaruh Cahaya Terhadap Peneluran
Manajemen pengaturan cahaya sangat mempengaruhi proses integral dalam produksi telur. Pengaturan pemberian cahaya dalam manajemen ayam petelur dengan waktu 12 sampai 14 jam dalam satu hari yang tebagi menjadi waktu gelap dan waktu terang, mengingat ayam mempunyai sifat sangat sensitif terhadap waktu penyinaran. Waktu penyinaran ini mempengaruhi sifat mengeram, dewasa kelamin, periode bertelur, produksi telur dan tingkah laku sosial perkawinan (Nesheim et al, 1979).
Penerimaan cahaya pada ayam akan mengakibatkan rangsangan terhadap syaraf pada syaraf optik, yang dilanjutkan oleh syaraf reseptor ke hipothalamus untuk memproduksi hormon releasing factor selanjutnya merangsang pituitaria pars anterior untuk menghasilkan FSH dan LH. HRS juga merangsang pituitaria pars anterior untuk menghasilkanoksitosin (Nesheim et al, 1979).
Hasil sekresi komponen telur tersebut akan mengakibatkan terjadinya perkembangan telur pada oviduk, sehingga dihasilkan telur utuh di dalam oviduk setelah didahului proses ovulasi (Nalbandov, 1990).
Proses pembentukan komponen telur di dalam oviduk berlangsung dengan adanya hormon estrogen, juga terjadi pembentukan granula albumen oleh stimulasi dari hormon androgen dan progesteron sampai tercapai telur sempurna (Nalbandov, 1990). Setelah telur sempurna, maka pituitaria pars anterior akan mensekresikan oksitosin yang meragsang oviduk sehingga terjadi ovoposition dan merangsang uterus untuk mengeluarkan telur pada proses peneluran (Nesheim et al, 1979).
Siklus irama bertelur
Ayam bertelur dengan irama bertelur, yaitu bertelur satu atau lebih pada hari berurutan dan kemudian diikuti satu hari istirahat. Ayam bisa bertelur lima butir atau lebih dalam satu irama bertelur atau disebut clutch (Nalbandov, 1990).
Ovulasi biasa terjadi pada siang hari, terutama pada jam-jam pagi dan jarang terjadi setelah jam 15.00. Telur setelah ovulasi , sekitar 3,5 jam berada di magnum untuk mendapatkan selubung albumen, 1,25 jam di itsmus dengan terbentuk membran kerabang dan 21 jam di uterus untuk terbentuknya kerabang keras. Sehingga secara total dibutuhkan 25 sampai 26 jam untuk waktu pembentukan telur. Ovulasi berkut pada